ASUPAN KARBOHIDRAT DAN GLUKOSA BERLEBIH
AKAN MENYEBABKAN DIABETES MELITUS
ARTIKEL
Di Susun Oleh :
Nama : Aldy Chendy Pratama
Kelas : 2B
NIM : 344070 15005
AKADEMI
KEPERAWATAN PEMERINTAH KAB. SERANG
2016
- 2017
Pendahuluan
Karbohidrat adalah hidrat arang adalah suatu zat
gizi yang memiliki fungsi utama sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya
menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun
karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari – hari sebagai bahan makanan pokok,
terutama di Negara – negara berkembang seperti indonesia.
Perubahan
pola makan serba instant,
tinggi lemak,
banyak mengandung gula dan
protein,
ditambah kurangnya olahraga
menjadikan
semakin banyak orang mengalami
obesitas.
Kondisi ini harus dicegah
karena selain
mengurangi estetika penampilan
diri, obesitas
juga memicu timbulnya
beragam penyakit
seperti diabetes melitus
(DM).
Diabetes melitus
merupakan penyakit
endokrin yang
paling umum ditemukan.
Penyakit ini
ditandai oleh hiperglikemia
dan glikosuria
Di antara
tipe DM yang
ada, DM tipe 2 adalah jenis
yang paling
banyak ditemukan (lebih dari
90%). Kekerapan
DM tipe 2 di Indonesia
berkisar antara
1,5-2,3% kurang lebih 15
tahun yang lalu,
tetapi pada tahun 2001
survei terakhir
di Jakarta (Depok) menunjukkan
kenaikan yang
sangat nyata yaitu
menjadi 12,8%
(Suyono, 2005). Menurut
Sujudi (2003),
sekitar 2,5 juta jiwa atau
1,3% dari
penduduk Indonesia setiap tahun
meninggal
dunia karena komplikasi DM
Pembahasan
Diabetes
Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar
glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara tepat. Insulin adalah hormon yang di lepaskan
oleh pankreas, merupakan zat utama
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
Hubungan
Asupan Serat dengan Glukosa
Darah
Puasa.
Asupan serat semua
responden
tergolong
tidak baik dengan kadar glukosa
darah
puasa terkendali sebesar 40% dan
kadar
glukosa darah tidak terkendali
sebesar
60%. Hasil uji statistik dengan
menggunakan
uji Rank Spearman, diperoleh
nilai
p=0,561 (>0,05) yang berarti
bahwa
tidak ada hubungan asupan serat
dengan
kadar glukosa darah puasa. Hal ini
sependapat
dengan Jayanti (2006), menyatakan
bahwa
tidak ada hubungan asupan
serat
dengan pengendalian kadar glukosa
darah.
Menurut
Haznam (1991), faktor
yang
menyebabkan terjadinya Diabetes
Melitus
dapat dibagi dalam dua golongan
besar
yaitu faktor genetik dan faktor non
genetik.
Faktor genetik merupakan faktor
keturunan
pada Diabetes Melitus yang
sudah
lama diketahui tetapi bagaimana
terjadi
transmisi-transmisi dari seorang
penderita
ke anggota keluarga lain belum
diketahui.
Ada yang menyatakan bahwa
diabetes
diturunkan secara resesif dan ada
pula
yang menerangkan transmisi ini overdominant.
Faktor
non-genetik antara lain
infeksi,
nutrisi (obesitas, malnutrisi dan
alkohol),
stress, obat-obatan, penyakit
endokrin
atau hormonal dan penyakit- penyakit pankreas.
Hubungan
Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat sebagian besar
responden
tergolong tidak baik (96,7%)
dengan
kadar glukosa darah 2 jam post
prandial
terkendali
sebesar 46,7% dan kadar
glukosa
darah 2 jam post prandial tidak
terkendali
yaitu 50%. Hasil uji statistik
dengan
menggunakan uji Pearson Product
Moment,
diperoleh nilai p= 0,579 (>0,05)
yang
menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan
asupan karbohidrat dengan
kadar
glukosa darah 2 jam post prandial. Hal ini sependapat dengan
Faradilla
(2006), yang menyatakan bahwa
tidak
ada hubungan asupan karbohidrat
dengan
pengendalian kadar glukosa darah, tampak bahwa
semua
asupan serat responden tergolong
tidak
baik (100%) dengan kadar glukosa
darah
2 jam post prandial terkendali dan
kadar
glukosa darah 2 jam post prandial
mempunyai
nilai yang sama yaitu 50%.
Hasil
uji statistik dengan menggunakan uji
Pearson
Product Moment, diperoleh nilai
p=0,620
(>0,05) yang menunjukkan
bahwa
tidak ada hubungan asupan serat
dengan
kadar glukosa darah 2 jam post
prandial.
Hal ini sependapat dengan
Dwijayanti
(2006), menyatakan bahwa
tidak
ada hubungan asupan serat dengan
pengendalian
kadar glukosa darah.
Simpulan
1.
Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang
pengelolaan DM
dengan
pengendalian kadar glukosa
darah
puasa penderita Diabetes
Melitus
tipe 2
2.
Ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang
pengelolaan DM dengan
pengendalian
kadar glukosa darah 2
jam
post prandial penderita Diabetes
Melitus
tipe 2.
3.
Tidak ada hubungan asupan karbohidrat
dengan
pengendalian kadar
glukosa
darah puasa penderita Diabetes
Melitus
tipe 2.
4.
Tidak ada hubungan asupan karbohidrat
dengan
pengendalian kadar
glukosa
darah 2 jam post prandial
penderita
Diabetes Melitus tipe 2.
5.
Tidak ada hubungan asupan serat dengan
pengendalian
kadar glukosa darah
puasa
penderita Diabetes Melitus tipe 2.
6.
Tidak ada hubungan asupan serat
dengan
pengendalian kadar glukosa
darah
2 jam post prandial penderita
Diabetes
Melitus tipe 2.
Daftar Pustaka
Hardinsyah,
Riyadi H., and V. Napitupulu. "Kecukupan energi, protein, lemak dan
karbohidrat." Bogor, Indonesia (2012).
Haryani,
Wiworo, and Hamam Hadi. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan tingkat
keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah di Kecamatan Depok, Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2002.
Long, Nancy.
2006, Panduan Makanan Sehat, Jakarta:
Pestasi Pustakaraya
Cakrawati,
Dewi dan NH, Mustika, 2012 BAHAN PANGAN
GIZI dan KESEHATAN, Bandung : ALFABETA