Senin, 14 November 2016



ASUPAN KARBOHIDRAT DAN GLUKOSA BERLEBIH AKAN MENYEBABKAN DIABETES MELITUS

ARTIKEL



 




Di Susun Oleh :
Nama : Aldy Chendy Pratama
Kelas : 2B
NIM   : 344070 15005





AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KAB. SERANG
2016 - 2017


Pendahuluan
 
Karbohidrat adalah hidrat arang adalah suatu zat gizi yang memiliki fungsi utama sebagai penghasil energi, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori. Walaupun lemak menghasilkan energi lebih besar, namun karbohidrat lebih banyak di konsumsi sehari – hari sebagai bahan makanan pokok, terutama di Negara – negara berkembang seperti indonesia.
Perubahan pola makan serba instant,
tinggi lemak, banyak mengandung gula dan
protein, ditambah kurangnya olahraga
menjadikan semakin banyak orang mengalami
obesitas. Kondisi ini harus dicegah
karena selain mengurangi estetika penampilan
diri, obesitas juga memicu timbulnya
beragam penyakit seperti diabetes melitus
(DM).
Diabetes melitus merupakan penyakit
endokrin yang paling umum ditemukan.
Penyakit ini ditandai oleh hiperglikemia
dan glikosuria Di antara
tipe DM yang ada, DM tipe 2 adalah jenis
yang paling banyak ditemukan (lebih dari
90%). Kekerapan DM tipe 2 di Indonesia
berkisar antara 1,5-2,3% kurang lebih 15
tahun yang lalu, tetapi pada tahun 2001
survei terakhir di Jakarta (Depok) menunjukkan
kenaikan yang sangat nyata yaitu
menjadi 12,8% (Suyono, 2005). Menurut
Sujudi (2003), sekitar 2,5 juta jiwa atau
1,3% dari penduduk Indonesia setiap tahun
meninggal dunia karena komplikasi DM 

Pembahasan 

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara tepat. Insulin adalah hormon yang di lepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
Hubungan Asupan Serat dengan Glukosa
Darah Puasa.
 Asupan serat semua responden
tergolong tidak baik dengan kadar glukosa
darah puasa terkendali sebesar 40% dan
kadar glukosa darah tidak terkendali
sebesar 60%. Hasil uji statistik dengan
menggunakan uji Rank Spearman, diperoleh
nilai p=0,561 (>0,05) yang berarti
bahwa tidak ada hubungan asupan serat
dengan kadar glukosa darah puasa. Hal ini
sependapat dengan Jayanti (2006), menyatakan
bahwa tidak ada hubungan asupan
serat dengan pengendalian kadar glukosa
darah.
Menurut Haznam (1991), faktor
yang menyebabkan terjadinya Diabetes
Melitus dapat dibagi dalam dua golongan
besar yaitu faktor genetik dan faktor non
genetik. Faktor genetik merupakan faktor
keturunan pada Diabetes Melitus yang
sudah lama diketahui tetapi bagaimana
terjadi transmisi-transmisi dari seorang
penderita ke anggota keluarga lain belum
diketahui. Ada yang menyatakan bahwa
diabetes diturunkan secara resesif dan ada
pula yang menerangkan transmisi ini overdominant.
Faktor non-genetik antara lain
infeksi, nutrisi (obesitas, malnutrisi dan
alkohol), stress, obat-obatan, penyakit
endokrin atau hormonal dan penyakit- penyakit pankreas.
Hubungan Asupan Karbohidrat
Asupan karbohidrat sebagian besar
responden tergolong tidak baik (96,7%)
dengan kadar glukosa darah 2 jam post
prandial terkendali sebesar 46,7% dan kadar
glukosa darah 2 jam post prandial tidak
terkendali yaitu 50%. Hasil uji statistik
dengan menggunakan uji Pearson Product
Moment, diperoleh nilai p= 0,579 (>0,05)
yang menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan asupan karbohidrat dengan
kadar glukosa darah 2 jam post prandial. Hal ini sependapat dengan
Faradilla (2006), yang menyatakan bahwa
tidak ada hubungan asupan karbohidrat
dengan pengendalian kadar glukosa darah, tampak bahwa
semua asupan serat responden tergolong
tidak baik (100%) dengan kadar glukosa
darah 2 jam post prandial terkendali dan
kadar glukosa darah 2 jam post prandial
mempunyai nilai yang sama yaitu 50%.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji
Pearson Product Moment, diperoleh nilai
p=0,620 (>0,05) yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan asupan serat
dengan kadar glukosa darah 2 jam post
prandial. Hal ini sependapat dengan
Dwijayanti (2006), menyatakan bahwa
tidak ada hubungan asupan serat dengan
pengendalian kadar glukosa darah. 

Simpulan 

1. Tidak ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang pengelolaan DM
dengan pengendalian kadar glukosa
darah puasa penderita Diabetes
Melitus tipe 2
2. Ada hubungan tingkat pengetahuan
tentang pengelolaan DM dengan
pengendalian kadar glukosa darah 2
jam post prandial penderita Diabetes
Melitus tipe 2.
3. Tidak ada hubungan asupan karbohidrat
dengan pengendalian kadar
glukosa darah puasa penderita Diabetes
Melitus tipe 2.
4. Tidak ada hubungan asupan karbohidrat
dengan pengendalian kadar
glukosa darah 2 jam post prandial
penderita Diabetes Melitus tipe 2.
5. Tidak ada hubungan asupan serat dengan
pengendalian kadar glukosa darah
puasa penderita Diabetes Melitus tipe 2.
6. Tidak ada hubungan asupan serat
dengan pengendalian kadar glukosa
darah 2 jam post prandial penderita
Diabetes Melitus tipe 2.
Daftar Pustaka
Hardinsyah, Riyadi H., and V. Napitupulu. "Kecukupan energi, protein, lemak dan karbohidrat." Bogor, Indonesia (2012).
Haryani, Wiworo, and Hamam Hadi. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia prasekolah di Kecamatan Depok, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Diss. Universitas Gadjah Mada, 2002.

Long, Nancy. 2006, Panduan Makanan Sehat, Jakarta: Pestasi Pustakaraya

Cakrawati, Dewi dan NH, Mustika, 2012 BAHAN PANGAN GIZI dan KESEHATAN, Bandung : ALFABETA


Minggu, 13 November 2016

Keutamaan Membaca Al Qur'an



KEUTAMAAN MEMBACA AL-QURAN
 
Al-quran adalah kalamullah (firman Allah). Keutamaannya atas segala perkataan seperti keutamaan Allah SWT atas seluruh mahluk-Nya. Membacanya adalah amalan yang paling utama dilakukan oleh lisan. 

·       Keutamaan Mempelajari, Mengajarkan dan Membaca Al-Quran :


·         Pahala Mengajarkannya : Sabda Nabi SAW ; khoirukum mantaalamaa qura’naa wa alamahu “ Sebaik- baik kalian adalah siapa yang mempelajari al-quran dan mengajarkannya “

·         Pahala membacanya : Sabda Nabi SAW ; Man koro’a harfaan min kitabillahi palahu bihi hasanatuun wa hasanatu bihasri amsaliha “ Siapa saja membaca satu huruf dari kitab Allah ( Al-Qur’an ) , maka baginya suatu kebaikan , dan satu kebaikan itu di balas dengan sepuluh kali liapat . “

·         Keutamaan Mempelajari Al-Qur’an , Menghafalnya dan pandai membacanya : Sabda Nabi SAW ; Masalu dayakro’a qur’ana wahuwa hafidun lahu mahassafaroti kiromi baroroti , wamasali dayakro’u wahuwa yata’a haduhu wahuwa alaihi sadidun palhu ujroni . “ Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia senan tiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala .

·         Pahala yang bagi orang yang anaknya mempelajari al-Qur’an : Man koro’a qur’ana wataalamahu wamilabihi abisa walidahu yauma qiyamati tajaan min nuriin dzouhuu mis dzuis sam si, wayuksa walidahu hulataini layakumu lahumadunya : bima kushina hadihi ? payukolu : bi ahdi waladi kuma qur’ana “ : Siapa saja membaca al-Qur’an , mempelajarinya dan mengamalkannya , dan dipakaikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota dari cahaya yang sinarnya bagaikan sinar matahari , dan dikenakan kepada kedua orang tuanya dua perhiasan yang nilainya tidak tertandingi oleh dunia . Keduanyapun bertanya : “ Bagaimana dipakaikan kepada kami semuanya itu “ Dijawab : “ Karena anakmu telah membawa al-Qur’an . “ (H.R Al – Hakim)

KARYA TULIS ILMIAH TENTANG OBAT TRADISIONAL ALTERNATIF KESEHATAN MASYARAKAT



KARYA TULIS ILMIAH TENTANG OBAT TRADISIONAL ALTERNATIF KESEHATAN MASYARAKAT

Di Susun oleh :
Nama : Aldy Chendy Pratama
Kelas : 2 B
Tugas : SITK


BAB I
PENDAHULUAN
  • Latar belakang
            Obat tradisional diindonesia sangat besar peranannya dalam pelayanan kesehatan masyarakat dan sangat pontensial untuk di kebangkan. Karena memang negara kita kaya akan tanaman obat-obatan.namun sayang kekayaan alam tersebut tampaknya masih belum di manfaatkan secara optimal untuk kesehatan. Padahal saat ini biaya pengobatan modern cukup mahal di tambah lagi dengan krisi ekonomi yang melanda bangsa ini belum sepenuhnya berakhir. Hal tersebut di khawatirkan dapat membuat kemampuan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang optimal semakin menurun.
            Indonesia di ketahui memiliki keragaman hayati terbesar kedua di dunia setelah Brasil. Dari berbagai penelitian menyebutkan, dari sekitar 30.000 ribu spesies tumbuhan di indonesia sebanyak 6000 ribu jenis berkhasiat obat sumber lain menyebutkan, tumbuhan di indonesia di perkirakan mencapai lebih dari 7000 jenis, sekitar 1000 jenis di gunakan utuk mencegah dan mengobati penyakit.
  • Rumusan Masalah
1.      Perbedaan pengobatan modern dan pengobatan tradisional
2.      Pengobatan tradisional apakah masih banyak di minati oleh masyarakat indonesia
  • Tujuan penelitian
1.      Mengetahui perbedaan antara pengobatan modern dengan tradisional
2.      Untuk mengetahui pengobatan tradisional yang banyak di minati oleh masyarakat indonesia
  • Metode penelitian
 Dalam menyusun karya ilmiah ini penulis menggunakan dua buah metode, yaitu Deskriptif, metode internet dan metode bacaan .


BAB 2
LANDASAN TEORI
  1. Definisi Obat tradisional
Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus di lestarikan dan di kembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat. Untuk dapat ikut meningkatkan pelayanan dan meningkatan pemerataan obat obatan tradisional maka perlu dukungan dari pemerintah dan masyarakat itu sendiri. Selama ini industri jamu ataupun obat obat tradisional bertahan tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun industri farmasi. Sementara itu tantangan dari dalam negeri sendiri berupa sikap dari dunia medis yang belum sepenuhnya menerima jamu dan obat tradisional. Merebaknya jamu palsu maupun jamu yang bercampur bahan kimia bebrapa waktu lalu, semakin menambah keraguan masyarakat akan khasiat dan keamanan mengkonsumsi jamudan obat tradisional. Padahal penggunaan obat tradisional sudah lama di lakukan oleh masyarakat itu. Obat tradisional ini tentunya sudah di uji bertahun tahun bahkan ber abad - abad sesuai dengan perkembangan kebudayaan bangsa indonesia.
Ø  Potensi obat tradisional.
Dalam masyarakat sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan sakit dan halini sebenarnya merupakan potensi yang dapat di kembangkan untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Potensiyang berarti kemapuan, daya, kesanggupan, kekuatan yang dapat di kembangkan. Selama ini perkembangan pelayanan kesehatan tradisional dan alternatif tampak semakin pesat sekitar 32%masyarakat kita memakai pengobatan dan obat tradisional ketika sakit. Perkembangan ini telah mendorong pertumbuhan usaha di bidang usaha obat tradisional, mulai dari budi daya tanaman obatindustri obat, dan distribusi. Akhir – akhir ini banyak muncul penyakit- penyakit baru yang belum di temukan obatnya. Hal ini membuat cemas, padahal bahan- bahan untuk obat tradisional yang berkhasiat obat banyak terdapat di seluruh pelosok tanah air, meskipun masih belum di manfaatkan secara optimal untuk pengobatan penyakit. Hal ini berarti obat tradisional memiliki potensi besar dalam pelayanan kesehatan.
a.       Jenis dan Sumber Obat Tradisional.
Pemerintah dalam hal ini Direktorak Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (Dirjen POM) yang kemudian beralih menjadi Badan POM mempunyai tanggung jawab dalam peredaran obat tradisional di masyarakat. Obat tradisional di Indonesia semula hanya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu, obat tradisional atau jamu dan fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehigga industri jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun, sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan penelitian ampai dengan uji klinis. Dengan keadaan tersebut maka obat tradisional sebenarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu jamu, obat ekstrak alam, dan fitofarmaka.
1.      Jamu (Empirical Bused Herbal Medicine).
Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tubuhan-tumbuhan, hewan dan mineral, dan atau sediaan galeniknya ata campuran dari bahan-bahan tersebut yang belu dibakukan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan pengalaman. Bentuk sediaannya berwujud sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Istilah penggunaanya masih memakai pengertian tradisional seperti galian singset, sekalor, pegel linu, tolak angin, dan sebagainya.
2.      Ekstak bahan alam.
Ekstak bahan alam adalah obat tradisional yang di sajikan dari ekstrak atau penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat binatang, maupun mineral untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan yang lebuh komplek dan berharga mahal di tambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini pada umumnya telah di tunjang dengan pembuktian ilimiah berupa penelitian-penelitian praklinis seperti standar kandungan bahan berkhasiat, standar pembuatan obat tradisional yang higienis,dan uji toksisitas akut maupun kronis
3.      Fitofarmaka.
Fitofarmaka adalah sediaan obat yang telah di buktikan keamanannya dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku. Istilah cara penggunaanya menggunakan pengertian farmakologik seperti diuretik, analgesik, anti piretik, dan sebagainya. Selama ini obat-obat fitofarmaka yang ada di pasaran masih kalah bersaing dengan obat paten. Hal ini di sebabkan oleh banyakya faktor antara lai kepercayaan, standar produksi, promosi dan pendekatan terhadap medis, maupun konsumennya secara langsung fitofarmaka merupakan bentuk obat tradisional dari bahan alam yang dapat di sejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya yang telah terstandar di tunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji klinis pada manusia.
Obat tradisonal di peroleh dari sumber sebagai pembuat atau yang memproduksi obat tradisional yang di kelompkan sebagai berikut:
a)      Obat tradisional buatan sendiri.
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat tradisional di indonesia saat ini. Pada jaman dahulu, mempunyai kemampuan untuk menyediakan obat tradisional untuk keperluan keluarga. Kemudian di kembangkan oleh pemerintah dalam betuk program TOGA (taman obat keluarga). Obat tradisional berasal dari pembuat jamu (herbalis).
Membuat jamu merupakan salah satu profesi yang jumlahnya masih cukup banyak. Salah satunya penjual jamu gendong. Akhir – akhir ini dengan adanya jamu - jamu industri sering kita jumpai penjual jamu gendong menyediakan jamu serbuk buatan industri untuk di konsumsi bersamaan dengan jamu gendong yang mereka sediakan.
b)      Obat tradisional buatan industri.
Peraturan departemen kesehatan RI, industri di kelompokan dari industri kecil dan industri besar berdasarkan modal yang mereka miliki.
1.      Komposisi dan persyaratan obat tradisional.
Komposisi obat tradisional biasanya di produksi oleh industri jamu dalam bentuk mejadi jamu sederhana yang sangat banyak dan bervariasi. Sedangkan bentuk obat ekstrak alam dan fitofarmaka pada umunya tersusun dari simplisia tunggal atau maksimal 5 macam jenis bahan tanman obat.
Sehubungan dengan keputusan mentri kesehatan republik indonesia no : 66I/MENKES/SK/VII/1994.
2.      Pemanfaatan dan prospek obat tradisional.
Obat tradisional ini tidak jarang di pakai unruk pengobatan penyakit yang belum ada obatnya seperti kanker, virus AIDS, dan penyakit degeneratif, serta keadaan teresak di mana obat tidak tersedia atau tidak terjangkau oleh masyarakat.
ü  Tujuan pemakaian obat tradisional di bagi 4 kelompok yaitu:
1.      Untuk memelihara kesehatan dan menjaga kebugaran jasmani (promotif).
2.      Untuk mencegah penyakit (preventif).
3.      Sebagai upaya pengobatan penyakit maupun untuk menobati orang lain sebagai upaya mengganti atau mendampingi penggunaan obat jadi (kuratif).
4.      Untuk memulihkan kesehatan (rehabilitatif).
          Agar pemnfaatan obat tradisional dapat di pertanggung jawabkan secara ilmiah terutama dari segi keamanan, khasiat, dan penggunaannya maka perlu di lakukan penelitian dan pengembangan dengan tahap sebagai berikut: Pemilihan (seleksi), Uji penyaringan biologis (sciring biologic) yang meliputi uji farmakologis dan toksinitas akut, Uju farmakodinamk, Uji toksinitas lanjut seperti uji toksinitas sub akut, kronis dan khusus, Pengenmbangan formulasi, dan Uji klinis pada manusia.





BAB 3
ANALISIS MASALAH

          Pengobatan tradisional kini mulai di percaya oleh sebagian besar masyarakat indonesia pengobatan tersebut telah banyak di minati dan tersebar ke seluruh lapisan masyarakat di desa dan di kota. Sehingga kita dapat menganalisis dan melihat adanya perbedaan antara pengobatan tradisional di desa dan di kota serta mengetahui alasan mengapa banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional untuk penyembuhan dan penyakit atau menjaga kesehatan contohnya seperti melakukan pijatan refleksi dan pengobatan yang menggunakan konsumsi jamu.
          Pijat refleksi adalah metode pemijatan yang di lakukan untuk mengurangi rasa sakit, mencegah bahkan mengobati sakit serta dapat pula sebagai metode penyegaran dan kebugaran tubuh. Dalam sejarahnya di kisahkan bahwa teknik pijat refleksi telah di kenal 2,500 SM awalnya, jenis pijat ini berasal dari mesir lalu berkembang serta di peraktekan di negara – negara lain yang penyebarannya hingga keseluruh dunia termasuk indonesia pijatan ini mulai di kenal oleh masyarakat dalam kurun waktu 5 tahun belakangan. Saat ini bahkan sudah menjadi tren masa kini dan umumnya banyak di gunakan di perkotaan.
          Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah secara turun menurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Pengertian jamu dalam permenkes no. 003/menkes/per/1/2010 adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, atau campuran dari bahan secara turun menurun.
Ø Alasan masyarakat menggunakan obat tradisional :
1.      Faktor sosial
Faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial adalah sugesti yaitu pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tanpa berfikir panjang
2.      Faktor ekonomi
Faktor ekonomi mempunyai peran besar dalam penerimaan atau penolakan suatu pengobatan. Faktor ini di perkuat dengan persefsi masyarakat bahwa pengobatan tradisional membutuhkan sedikit tenaga biaya dan waktu
3.      Faktor budaya
Budaya merupakan suatu pikiran, adat istiadat, kepercayaan, yang menjadi kebiasaan masyarakat.
4.      Faktor psikologi
Peranan sakit merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan karena itu berbagai cara akan di jalani oleh pasien dalam rangka mencari kesembuhan.



BAB 4
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
            Obat tradisional merupakan warisan budaya bangsa yang perlu terus di lestarikan dan di kembangkan untuk menunjang pembangunan kesehatan sekaligus untuk meningkatkan perekonomian rakyat dan membantu meringankan perekonomian di masyarakat agar masyarakat tidak selalu terpaku pada obat modern.
            Obat tradisional merupakan bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral sediaan galenik atau campuran dari bahan – bahan tersebut, yang secara tradisional telah di gunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman.
            Obat tradisional dapat berupa serbuk, larutan, pil, kapsul, dan sebagainya.
B.     SARAN
1.       Sebaiknya jangan terlalu tergantung pada obat modern
2.       Pelajari tentang obat – obatan tradisonal agar anak cucu kita tau betapa pentingnya menggunakan obat tradisional
3.       Seharunya kita dapat lebih bijak untuk memanfaatkan obat tradisional yang ada di sekitar kita dengan sebaik mungkin serta tetap menjaga kelestarian di sekitar lingkungan hidup yang sehat





DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Notoadmojo Soekidjo 2011 Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta : Penerbit Rineka Cipta

Sunarto, Kamanto, 2009 sosiologi kesehatan Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka